Oke! Sudah kuputuskan. Hari itu bulan Januari 2012. Aku bertekad berhenti menggunakan krim-krim Miracle. Aku langsung ganti ke rangkaian Ponds, krim yang dulu setia menemaniku sebelum aku kenal Miracle. Waktu itu aku menggunakan Ponds Flawless White.

Satu hari setelah lepas, wajahku masih bagus.
Dua hari, masih bagus juga.
Tiga hari, empat hari, lima hari, enam hari, kulitku tidak sehalus dulu lagi ketika disentuh. Terasanya setiap kali cuci muka, tekstur kulit mulai berubah agak-agak kasar. Ya, tapi secara keseluruhan kondisi kulitku masih bisa dibilang baik. Aku berusaha menerima keadaan ini sebagai sesuatu yang wajar, sebagai konsekuensi karena lepas dari krim klinik.

Hari demi hari berlalu. Dan semakin hari kulitku semakin jelek. Setelah tekstur kulit berubah kasar kemudian suatu hari aku baru menyadari kalo di wajahku tiba-tiba banyak bintik-bintik hitamnya, kayak flek gitu. Awalnya pas aku ngaca, aku kira itu hanya perasaanku saja. Tapi kemudian, pas aku makan bareng temenku, temenku komentar,”ih, mukamu kenapa tuh kok jadi bintik-bintik.” Kaget, seumur-umur aku gak pernah ada flek-flek/bintik-bintik, dan gak ada bakat flek juga.

Belum selesai sampai disitu, lama-lama muncul brintil-brintil jerawat. Awal-awal aku masih bisa nahan diri untuk gak ngusik-ngusik itu jerawat. Tapi lama-lama jerawat itu semakin banyak, semakin mengganggu. Tiap kali cuci muka, yang kesentuh tanganku adalah kulit yang kasar dan berjerawat. Arrgghh….!
Kejadian selanjutnya, bisa ditebak. Aku kembali ke kebiasaan yang lama: ngaca sambil mencet-mencet jerawat. Kadang saking kesalnya, aku kerok pake kuku permukaan jerawatnya, sehingga dagingnya terbuka dan menjadi kayak luka gitu. Dan kemudian bekas pencet-pencet dan kerok-kerok itu berubah warna menjadi hitam. Dan itu jumlahnya banyak di wajahku. Jadi bisa dibayangkan gimana jeleknya wajahku: banyak totol totol hitam bekas luka jerawat.

Meskipun aku sudah berhenti memakai krim-krim Miracle, tapi selama tahun 2012 aku masih menjalani MDPP rutin tiap bulan, dengan harapan totol-totol hitam ini segera enyah. Emang sih kalo abis MDPP, totol-totol hitamnya lekas memudar. Tapi masalahnya, jerawat-jerawatku belum berhenti tumbuh. Jerawat-jerawat itu tetap tumbuh lagi, tetep aku kerok-kerok dan pencet-pencet, dan tadaaa… jadilah bekas totol-totol hitam lagi.

Lama-lama aku nyadar, percuma saja aku MDPP tiap bulan. Selama aku belum bisa mengatasi jerawatku, totol-totol itu akan terus ada, lagi dan lagi. Jadi kayak buang-buang duit aja aku tiap bulan. Jadi kuputuskan: sementara aku belum bisa mengatasi jerawatku, aku gak akan MDPP dulu.

Aku mencoba ganti krim lain. Dari Ponds Flawless White aku ganti ke Ponds Clear Solution. Ponds Clear Solution ini = Ponds warna ijo, alias krim yang kupake jaman kuliah dulu, dan waktu itu aku cocok pake ini.

Tapi sayangnya kali ini aku kurang beruntung. Ponds ijo itu sudah gak lagi cocok sama kulitku. Dan aku tetep aja jerawatan.

Oke kita coba krim lain yang katanya bahannya alami: Gizi super cream. Sama juga, gak cocok.

Kulitku kayak nolak semua krim. Yang dulunya sebelum kenal krim Miracle, kulitku cocok sama semua krim itu, sekarang tidak. Capek, akhirnya aku berhenti saja pake krim-krim apapun. Mungkin kulitku harus puasa dulu. Mungkin harus ada jeda dulu untuk membersihkan kulitku dari krim-krim Miracle, barulah kulitku mau menerima krim baru. Oke, akupun menjalani apa yang kusebut sebagai bare face regimen . Bare face regimen ini maksudnya membiarkan kulitku polosan tanpa memakai krim-krim apapun. Hanya pake facial wash Viva/Viva Clean and Mask buat cuci muka (karena dia formulanya lembut dan PH balance). Selain itu, aku rutin menggunakan masker homemade alias bikinan sendiri (masker kunyit dan masker tepung beras).

Mungkin kalian beratanya,”apa gak kusem tuh muka dibiarin polosan?”

Emang kusem, tapi aku gak peduli. Yang jadi fokusku saat itu hanyalah bagaimana supaya aku gak jerawatan.

Sepertinya bare face regimen ini merupakan langkah yang tepat, karena semakin hari, perlahan tapi pasti, kulitku semakin membaik. Jerawat udah jarang muncul (tetep sih muncul, tapi udah jarang). Trus PR nya ganti lagi dong: bukan lagi gimana mengatasi jerawat, tapi gimana mengatasi komedo. Ya, wajahku jadi sering dihinggapi komedo (baik komedo whitehead maupun blackhead). Tapi kurasa itu karena aku gak pake krim apapun, jadi kulitku kering (dehidrasi), sehingga memicu tumbuhnya komedo.

Sekitar tahun 2013 akhir, aku memberanikan diri memakai Ponds Flawless White lagi, lengkap 1 rangkaian: facial wash, day cream, dan night cream. Sempat cocok pada awalnya. Kulitku jadi tampak cerah merona, dan sempat dikomen temen-temen kantor kalo mukaku cerahan. Tapi semakin lama, kulitku kayak iritasi. Perih tiap kali cuci muka. Mungkin Ponds sekarang formulanya lebih keras, atau bisa jadi juga kulitku yang udah terlanjur ‘tipis’ sehingga jadi sensitif.

Oke… stop lagi deh Pondsnya. Balik lagi ke Viva, sampe kulitku gak iritasi lagi.

Meskipun cocok, lama-lama aku bosan juga pake Viva terus. Dia emang bener-bener cuma buat bersihin wajah aja dari debu/kotoran, tapi gak ada efek mencerahkan, dan tidak bisa menghalau kulit kusam. Mulailah aku hunting-hunting lagi, nyari ‘selingkuhan’, dan ketemulah sama HadaLabo Tamahohada facial wash. Awal-awal pake Hadalabo, kulitku tampaknya menyukainya, karena tidak ada reaksi aneh-aneh seperti jerawat atau iritasi. Oke, aku terusin. Dan ternyata emang cocok: tidak menimbulkan jerawat (karena mengandung BHA yang membersihkan pori-pori), dan ada efek mencerahkan (karena mengandung AHA). Sampe sekarangpun aku masih pake facial wash ini. Udah gak pengen ganti lagi. Entah udah berapa botol aku repurchase. Meskipun bisa dibilang cocok, tapi tetep aja loh, komedo blackhead menghampiri. Sekali lagi, itu karena aku belum juga make pelembab apapun. Tapi biarin deh, yang penting mukaku udah mendingan. Oh ya, waktu itu tahun 2014.

Akhir tahun 2014 aku menikah, pertengahan tahun 2015 aku hamil. Semenjak hamil, entah kenapa kulitku terasa lebih halus dan bersih. Sepertinya hormonku sedang baik. Karena kurasa kondisi kulitku sedang stabil, maka aku mulai berani memikirkan untuk menggunakan rangkaian skincare lengkap. Setelah browsing-browsing dan merenungkan bibit bebet bobotnya (*halah), akhirnya inilah rangkaian skincare ku sekarang. Aku menggunakannya mulai tanggal 31 Oktober sampai dengan sekarang (selain Tosowoong ya, karena tosowoong aku baru pake beberapa hari ini):

image

image

Step-step skincare-ku, itu yang di foto udah aku susun berurutan (yang foto sebelah atas):
1. Cuci tangan dulu pake sabun dettol. Ya, iya dong, masa’ mau bersihin muka, tapi tangannya masih belum bersih.
2. Ambil Hadalabo facial wash, tuang di telapak tangan. Busakan. Kemudian baru oles-oles dan ratakan di wajah.
3. Pake Tosowoong 4D cleansing brush, sebagai alat bantu membersihkan wajah. Kalo dah selesai, basuh wajah sampe sisa-sisa busa ilang, dan wajah bersih.
4. Ambil kapas, tuang Viva Face Tonic Greentea. Kemudian usap-usapkan ke wajah, untuk mengangkat residu facial wash yang mungkin masih tersisa.
5. Ambil kapas lagi, tuang air mineral. Usap-usapkan di wajah. (Itu yang botol Viva Face Tonic, yang warnanya bening, itu isinya air mineral). Kenapa aku perlu membersihkan wajah pake kapas sampe 2 kali gitu? selain untuk membersihkan residu facial wash, juga untuk membersihkan residu dari air keran yang tadi kupake basuh muka. Ya, air keranku emang gak gitu bersih. Kalo diendapkan di ember beberapa hari, akan timbul endapan lumut berwarna hitam.
6. Kalo pagi dan siang, setelahnya aku oleskan Ultra Light Hydrator TDF sebagai pelembab. Ini pelembab ringan banget, gak nutup pori-pori dan gak bikin komedo atau jerawat. Akhirnya, nemuin juga pelembab yang cocok.
7. Kalo malam, yang aku olesin beda lagi, yaitu TDF C Scape Serum. Ni serum Vitamin C mampu mencerahkan wajah. Dan aku cocok dengan ini.

Gambar bawahnya: Itu masker-masker bubuk. Aku pake setiap 2-3 hari sekali, tergantung mood. Pernah nyoba mask sheet, tapi aku gak gitu suka. Lebih mantap pake masker bubuk rasanya. Kalo masker-masker bubuk ini kurasa lebih berfungsi sebagai pengurang minyak di wajah sih. Jadi pas hari gerah wajahku gak terlalu yang oily gitu.

Alhamdulillah sampe saat ini kulitku sehat sentosa. Perasaan ini yang dah lama kurindukan. Perasaan lega karena wajahku gak lagi dicermati teman karena jerawatku dan luka-luka bekas jerawatku kemudian ditanyain:”kok sekarang jerawatan sih?”
Perasaan lega karena sudah berani melihat wajahku sendiri lagi di cermin.
Perasaan lega karena gak lagi minder tiap bercakap-cakap dengan orang.
Perasaan lega karena tidak malu lagi menunjukkan wajah telanjangku yang tanpa make up.

Kulitku emang gak kinclong moblong-moblong. Tapi aku sudah cukup bersyukur. Untuk orang yang kulitnya pernah bermasalah sepertiku, have normal skin is more than enough 🙂

Oh ya, menurut analisis (*pret) sotoy-ku, kemungkinan di antara krim harian rutin yang kupake dari Miracle itu ada yang mengandung kortikosteroid dan hidroquinone.
Kenapa?
Seperti yang aku bilang di awal tadi, wajahku tiba-tiba timbul flek-flek bintik hitam pasca berhenti pake krim klinik. Kayak semua noda-noda wajah tiba-tiba muncul ke permukaan. Pernah baca, kalo itu adalah efek yang terjadi ketika kita menghentikan pemakaian hidroquinone. Semakin lama kita pake hidroquinone, maka akan semakin parah efeknya ketika kita berhenti. Efek samping pemakaian hidroquinone dalam jangka waktu lama adalah ochronosis, yaitu kondisi dimana kulit akan berubah warna menjadi abu-abu,

image

Untung flek-flek hitam di wajahku lambat laun bisa hilang. Mungkin karena aku belum terlalu lama juga pakenya (2 taun), jadi gak berefek parah.

Sedangkan untuk jerawat yang terus bermunculan setelah berhenti pake krim klinik, itu bisa jadi karena efek kortikosteroid. Jadi gini, sebenernya kortikosteroid itu fungsinya adalah meredakan peradangan/iritasi pada kulit, dan dia mempunyai efek samping memutihkan. Jadi, kadang ada klinik-klinik yang mencampurkan kortikosteroid di krim harian mereka dengan tujuan supaya pasien mendapatkan hasil kulit yang cerah dalam waktu yang relatif tidak lama. Padahal sejatinya, bukan untuk itu penggunaan kortikosteroid. Dan penggunaan dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan penipisan kulit, karena steroid mempunyai efek mengikis kulit.

Sedangkan untuk jerawat, kortikosteroid mempunya efek ‘meredam’ jerawat. Jadi sebenarnya, penggunaan krim bersteroid hanya membuat jerawatmu dipendam di bawah kulit. Jadi kalo kamu yang asalnya berjerawat, terus pake krim bersteroid, kemudian jerawatmu tampak hilang dan wajahmu jadi mulus…. jangan senang dulu. Ingat, jerawat itu hanya sedang ‘bersembunyi’, bukan sudah sembuh/hilang. Begitu kamu menghentikan penggunaan steroid…. boom! semua jerawat-jerawat yang selama ini bersembunyi itu akan ngamuk dan keluar semua.

Correct me if I wrong ya….

Aku masih cukup beruntung bisa normal lagi wajahku, walaupun perlu waktu lama. Ya, 4 taun.

Temanku Si Wati, teman yang sama-sama perawatan di Miracle dulu, dia lepas dari krim Miracle tahun 2012 akhir. Dan sampe sekarang wajahnya masih rutin dihinggapi jerawat, dan bekas-bekas hitamnya bertotol-totol menghiasi wajahnya. Nampaknya dia belum menemukan regimen skincare yang pas untuk kulitnya. Padahal, sebelum pake Miracle dulu, dia wajahnya baik-baik saja, pake Ponds. Emang gak kinclong atau bening, tapi cukup enak dilihat. Yah, just normal. Semoga dia segera sembuh, soalnya kadang kasian liatnya.

Mungkin ada di antara kalian yang lepas dari krim klinik tapi muka tetap baik-baik saja? ya, daya tahan kulit dan tubuh orang itu beda-beda.
Contoh perbandingannya, gini:
Dulu aku pernah beli ikan di pasar tradisional. Ternyata ikan itu bukan ikan segar, sehingga setelah dimasak dan aku memakannya…. aku keracunan. (Bah, itulah seumur-umur aku punya pengalaman keracunan).
Sementara temanku, yang juga makan ikan itu, gak kenapa-kenapa alias baik-baik saja. Ya, karena daya tahan tubuh kami beda.
Tapi bukan berarti dong, trus temanku lempeng aja nerusin makan tuh ikan sampe habis. Meskipun pencernaannya tahan terhadap bakteri dari ikan itu… tapi sejatinya kan ikan itu sebenarnya bukan bahan konsumsi yang baik, karena tidak segar. Atau bisa jadi juga dia baru akan kena efek keracunan setelah makan tiga ekor ikan misalnya. Bisa juga gitu.

Jadi, itulah kenapa ada orang yang dalam tempo 1 taun udah merasakan efek samping krim klinik. Ada yang baru merasakan 3 tahun kemudian. Ada juga yang baru merasakan 5 taun kemudian. Ya, karena daya tahan kulitnya beda-beda cuy…

Hmm… apa lagi ya? Udah itu aja kayaknya.

The end. Bhay!

3 thoughts on “Aku dan Jerawat (bagian 5) ~Tamat deh~

  1. kaka aku bisa nitip boleh gak kak , kalau kakak mau beli lagi di wishtrend, aku mau nitip serum c20, aku mau beli disna tapi aku gak punya kartu kredit dan akun paypal, nnti kakk email aq aja ya

    Like

  2. sampai saat ini nggak tertarik perawatan ke dokter karena takut sama efeknya
    untuk masalah wajah wajahku cenderung gampang berjerawat, kena panas lama berjerawat kena debu banyakan dikit berjerawat dan jeng jeng kusam banget padahal mukaku glowy tapi kusam -_-
    setelah baca2 dari beberapa beauty blogger akhirnya q putusin setiap malam harus double cleansing pakai viva milk cleanser + toner greentea sabun muka ponds, setelah beberapa minggu jerawatku mulai kering dan q putusin beli essence dari secret key, setelah 1 bulan pemakain kerasa banget perbedaannya jerawat jarang muncul bintik2 hitam mulai pudar tapi kurang maksimal kayaknya harus pakai sleeping pack sama rajin exfoliat agar bintik hitam cepat pergi dan nggak kusam lagi nih wajah
    juga kalau jerawat, malam hari q totol pakai sariayu acne intensive care cukup ampuh untuk matengin jerawat

    Like

Leave a comment